VCT di LAPAS Narkotika Jakarta

12 Juni 2008

Mengenai pelaksanaan VCT di Lapas memang tidak semua sama, dari beberapa pengalamanku mungkin aku bisa ceritakan beberapa Lapas yang telah melakukan VCT. Ini mungkin bisa dijadikan gambaran buat teman-teman yang tertarik dan konsen dengan isu HIV/AIDS di Lapas. Mungkin disini aku ceritakan aja ya mengenai alur pelayanan VCT di tempatku.

Biasanya untuk operan yang baru akan diperiksa dulu kesehatannya di poliklinik. Disitu akan dicatat mengenai riwayat pemakaian narkobanya, jika memang dia IDU atau sudah jelas ditato biasanya akan langsung dicatat ama perawat untuk dirujuk melakukan VCT. Napi baru tersebut bisa langsung menjalani VCT di hari yang telah dijadwalkan.

Selain itu, VCT juga disosialisasikan saat mapenaling (masa pengenalan lingkungan). Disitu napi baru mendapatkan sosialisasi mengenai kondisi lapas, termasuk program2 dalam lapas, salah satunya adalah VCT.

Setelah menjalani mapenaling, mereka menjalani PBB (Program Baris Berbaris) yang dimaksudkan untuk menjaga kesehatan fisik mereka. Selesai menjalani PBB mereka akan mengikuti program penyuluhan HIV/AIDS. Di program ini juga disosialisasikan tentang VCT, dan mereka bisa juga langsung menjalani VCT jika mau, sesuai dengan hari yang telah dijadwalkan.

Jalan lain untuk sosialisasi VCT adalah pada saat mereka menjalankan program TC (Therapeutic Community). Di program ini ada sesi khusus seminar, dan kita bisa memasukkan pengetahuan tentang HIV/AIDS termasuk VCT, bahkan kita bisa mengundang pihak luar untuk menjadi narasumber.

Perlu diketahui bahwa WBP disini tidak hanya sekedar menjalani pidana dengan percuma, tetapi disini mereka mendapatkan hak untuk mendapat pembinaan, termasuk rehabilitasi ketergantungan narkoba seperti TC maupun Criminon. Selain itu mereka juga bisa mengikuti kursus bahasa Inggris dan computer. Perlu diketahui bahwa setiap ada kesempatan, kami selalu menyisipkan informasi mengenai VCT. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran WBP akan pentingnya mengetahui status HIV, sehingga meningkatkan kesukarelaan mereka untuk menjalani VCT.

Untuk VCT sendiri, kami masih menjalani kerjasama dengan LSM, yaitu YPI-Pokdisus dan PKBI. Dengan YPI kebetulan sudah mau habis masa kontrak kerjanya sehingga sekarang VCT dengan mereka dijadwalkan sebulan sekali. Sedangkan dengan PKBI kami bisa melakukan VCT setiap hari, dengan catatan konselornya stand by setiap hari. Namun karena keterbatasan konselor, maka dijadwalkan seminggu sekali.

Memang untuk sarana prasarana kami masih sangat minim, untuk layanan kesehatan juga minim. Namun, toh kami tidak berhenti sampai disitu saja. Kami selalu berusaha mencari jejaring yang dapat membantu pelaksanaan VCT, dan akan lebih baik lagi kalau ada yang benar-benar mau mendukung pengobatan dan perawatan ODHA, tentu kami sangat berterima kasih. Terutama untuk tes CD4 dan tes HIV yang lain, karena sampai saat ini kami mengalami kesulitan untuk menyediakan tes gratis, meskipun kami dapat menyediakan ARV gratis.

Sedangkan untuk tindak lanjut VCT, sampai saat ini yang bisa kita lakukan adalah dengan Support Group. Untuk pelaksanaan Support Group kami menjalin kerjasama dengan PKBI. Tapi memang pelaksanaan Support Group ini belum bisa menjangkau semua ODHA. Untuk peserta support group sendiri kami juga belum bisa menyelenggarakan close meeting karena pesertanya masih terbuka baik bagi yang HIV+ maupun yang bukan.
Mengenai pemberian reward (remisi, PB, CMB, CB, CMK) kami tidak pernah mengkaitkan dengan pelaksanaan VCT. Karena program-program tersebut sudah memiliki jalur sendiri.

Remisi adalah hak setiap WBP, sedangkan PB, CMB, CB, CMK merupakan salah satu program pembinaan yang ada di mana saja disetiap UPT Pemasyarakatan. Program-program ini diberikan kepada WBP yang berkelakuan baik selama di Lapas yaitu tidak tercatat dalam Register F. Kemudahan untuk mendapatkan reward ini juga bisa didaptkan jika mereka mengikuti program rehabilitasi, dimana mereka tidak perlu menjadi tamping untuk mengurus PB, CMB maupun CB.

Tanpa embel-embel reward tersebut WBP kami tetap mau menjalani VCT karena mereka sadar dengan perilaku berisiko mereka. Mungkin hal ini juga didukung dengan lingkungan Lapas kami yang notabene adalah Lapas Narkotika, sehingga masalah HIV/AIDS bukan menjadi barang yang asing bagi mereka.

Selain WBP, kami juga mengadakan penyuluhan untuk petugas, yaitu sekitar tiga bulan sekali kami lakukan penyuhan yang bekerjasama dengan PKBI. Kami berharap agar WBP maupun petugas sama-sma “pintar” dlam masalah HIV/AIDS.

Ya mungkin ini sedikit gambaran dari saya tentang perlaksanaan program HIV di Lapas kami. Semoga dapat menambah informasi tentang HIV di Lapas, sukur-sukur menjadi lebih peduli dengan Lapas dengan turut membantu program HIV di Lapas.(win)

Staf Bimpas Lapas Narkotika Jakarta
http://lapas.aids-ina.org/modules.php?name=News&file=article&sid=34


0 komentar:

Posting Komentar